Searching...
25.8.10

Bernafaslah...

25 November 2009

Hening saat itu di telingaku, walaupun diiring dengan ayat-ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh hampir 100 orang di sekitarku. Semua ditujukan untuk Fadli, lelaki yang kucintai dan sudah tak bernyawa.

Aku? Tak berbeda jauh dengan Fadli, aku juga diam bagai patung namun bedanya aku masih bernyawa. Air mata? Tak ada, aku tidak menangis. Mungkin terlalu dingin tubuh ini mencerna semua cerita yang aku sendiri pun masih punya banyak tanya yang tak terjawab.

**

12 Januari 2009

Malam itu memang aku bersamanya, menghabiskan air mataku di pelukannya. Saat itu, mungkin akulah orang yang paling dibencinya. Tapi entah mengapa dia masih memberikan bahunya sebagai sandaranku menghabiskan air mata.
Hari itu adalah hari dimana aku mengakhiri hubunganku dengan Fadli. Aku yang memutuskannya, aku yang mencampakkannya saat itu.

Mengapa? Karena aku terlalu mencintainya dan tak sanggup melihatnya jatuh lebih dalam jika ia tau penyakit apa yang menggerogoti tubuhku.

Aku memilih untuk meninggalkannya saat itu. Aku pun tak tahu apakah itu keputusan yang tepat. Tapi saat itu keputusan meninggalkannya adalah yang paling masuk akal bagiku, terutamanya baginya.

**


To be continue....

0 komentar:

 
Back to top!